7 Jenis Penilaian Pembelajaran Serta Penerapannya
Penilaian Pembelajaran adalah cara atau prosedur yang perlu ditempuh untuk mengukur dan menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan pengajar untuk peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Sudahkah Bapak dan Ibu guru tahu adanya berbagai jenis Penilaian Pembelajaran? Bagaimana jenis penilaian yang berbeda dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran siswa?
Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
Tujuan Penilaian Pembelajaran
Merebaknya pandemi di dunia sejak 2020 lalu telah metode mengubah cara-cara konvensional dalam belajar mengajar. Sebut saja, kelas yang diselenggarakan secara daring atau pemberlakuan hybrid learning. Perubahan ini tentu membawa tantangan baru bagi Bapak dan Ibu guru, namun memotivasi siswa untuk belajar dan berkembang tetap menjadi tujuan yang utama.
Selama pandemi, beberapa siswa bahkan mengalami learning loss akibat pandemi yang berkepanjangan. Di sini lah penilaian terhadap siswa dapat berperan penting dalam memotivasi dan mendorong siswa menjadi agen pembelajaran bagi diri mereka sendiri.
Banyak yang dapat ditawarkan dari sebuah penilaian daripada sekedar memberi tahu hasil dari ujian yang terstandarisasi. Penilaian membantu dalam membentuk proses belajar dalam tiap tahap dan memberi wawasan terhadap pembelajaran siswa.
Tujuan Penilaian Pembelajaran seharusnya juga mampu menyediakan informasi dengan pandangan terhadap guru dan pemimpin sekolah mengenai pengaruhnya terhadap siswa, sehingga para pengajar memiliki pengetahuan terbaik mengenai tahapan yang harus diambil berikutnya serta bagaimana pengajar butuh untuk berubah dan beradaptasi. Umumnya penilaian hanya dilakukan untuk siswa agar mengetahui perkembangan dan pencapaian mereka. Hal ini penting, begitu pula dengan menggunakan informasi ini untuk memberi tahu guru mengenai pengaruhnya terhadap siswa.
Jenis Penilaian Pembelajaran

1. Asesmen Diagnostik (Pre-asesmen)
Sebelum menyusun instruksi pembelajaran, penting untuk mengetahui sifat dan karakter siswa. Tujuan Bapak dan Ibu guru dalam penilaian ini yaitu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta keahlian dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran. Setelah Bapak dan Ibu guru memiliki informasi tersebut, barulah instruksi pembelajaran dapat disusun.
Ini dia yang Bapak dan Ibu guru bisa lakukan dalam penilaian ini:
- Kuis singkat
- Wawancara siswa
- Refleksi siswa
- Diskusi kelas
- Grafik pembelajaran (mind map, flow charts, KWL chart)
Tip: Lakukan asesmen ini di awal tahun akademik, awal semester, awal pembelajaran, dll. Sebaiknya, berikan juga penilaian yang sama tiap akhir tahun akademik atau akhir semester untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berkembang.
2. Asesmen Formatif
Asesmen ini digunakan sebagai usaha pertama untuk mengembangkan instruksi pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memantau pembelajaran siswa agar Bapak dan Ibu guru dan mendapat feedback. Hal ini berguna untuk mengetahui apa saja yang masih bisa dibenahi dalam instruksi Bapak dan Ibu guru. Berdasarkan feedback ini, Bapak dan Ibu guru jadi bisa tahu sebaiknya harus fokus ke mana untuk mengembangkan instruksi pembelajaran.
Berikut beberapa contoh asesmen atau penilaian formatif:
- Portfolio
- Tugas Kelompok
- Laporan Perkembangan Belajar
- Diskusi kelas
- Kuis
- Aplikasi mengajar kelas virtual
Tip: Tiap akhir kelas, Bapak dan Ibu guru juga bisa dapat membuat sebuah “exit ticket” secara digital, yaitu semacam visualisasi berupa diskusi singkat atau pertanyaan untuk merampung pembahasan di kelas hari itu. Gunanya agar Bapak dan Ibu guru dapat dengan lebih mudah mengetahui sampai mana pemahaman siswa dan mendorong refleksi pembelajaran.
3. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif mengukur perkembangan siswa sebagai penilaian pembelajaran. Tak hanya itu, asesmen ini juga mengukur efektivitas pembelajaran dan respon terhadap instruksi.
Ujian sebetulnya juga merupakan jenis asesmen sumatif dan menyediakan data untuk guru dan pemimpin sekolah. Hasil ujian dapat membantu merepresentasikan perkembangan siswa, namun tidak selalu menyediakan feedback yang jelas mengenai proses pembelajaran dan mungkin saja malah menciptakan kebiasaan belajar hanya untuk lulus tes.
Selain itu, ujian juga bisa menjadi sumber stress bagi Bapak dan Ibu guru karena harus mempersiapkan siswa agar bisa lulus sehingga juga memengaruhi arahan pembelajaran.
Namun ternyata Asesmen Sumatif juga bisa dibuat dengan menyenangkan, lho. Bapak dan Ibu guru dapat melakukan cara-cara berikut ini:
- Merekam podcast
- Menulis naskah untuk seni peran
- Menyusun proyek belajar pribadi
Tip: Dengan menggunakan pengukuran dari performa siswa, asesmen sumatif dapat bermanfaat untuk guru dalam meningkatkan pelajaran dari waktu ke waktu, sebab penilaian sumatif juga merupakan refleksi kualitas pembelajaran sebagaimana halnya terhadap siswa.
4. Asesmen Konfirmatif
Ketika instruksi pembelajaran telah terlaksana dalam kelas, penilaian masih penting untuk dilakukan. Tujuan dari asesmen konfirmatif yaitu untuk mengetahui apakah instruksi pembelajaran masih efektif dalam periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Melalui asesmen ini, Bapak dan Ibu guru bisa mengetahui apakah cara mengajar yang dilakukan masih tepat untuk siswa.
Asesmen konfirmatif dapat dikatakan sebagai perpanjangan dari asesmen sumatif.
5. Asesmen Acuan Normatif
Asesmen ini didesain untuk membandingkan siswa individu terhadap kelompok sebayanya. Biasanya asesmen ini berdasarkan standar nasional, ataupun ketika berdasarkan nilai rata-rata di sekolah.
Asesmen Acuan Normatif menarik kesimpulan mengenai pencapaian siswa berdasarkan berbagai titik data yang luas. Berikut beberapa contoh asesmen acuan normatif:
- Tes IQ
- Tes Fisik
- Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN, UTBK, dll).
6. Asesmen Acuan Kriteria
Mudahnya, Asesmen ini mengukur performa siswa terhadap sebuah tujuan atau objektif tertentu.
Di dalam kelas, hal ini berarti mengukur performa siswa terhadap standar tingkat kelas dan dapat mencakup ujian akhir untuk menilai pemahaman siswa.
Di luar kelas, Asesmen Acuan Kriteria muncul dalam ujian seperti misalnya, ujian lisensi profesional, Ujian Nasional terhadulu, dll. di mana siswa harus menjawab benar persentase tertentu dari pertanyaan yang ada agar bisa lulus.
Perbedaannya dengan Asesmen Normatif, Asesmen Acuan Kriteria tidak mengukur individu terhadap kelompok sebayanya, namun untuk mendapatkan nilai yang memberi wawasan mengenai kelebihan dan area yang masih bisa dibenahi.
7. Asesmen Ipsatif
Seberapa sering Bapak dan Ibu guru menemukan ada siswa yang mendapatkan nilai buruk dalam ujian lalu mereka menyerah?
Asesmen Ipsatif adalah tipe penilaian sebagai pembelajaran yang membandingkan hasil terdahulu dengan percobaan kedua, untuk memotivasi siswa dalam menyusun tujuan meningkatkan kemampuan mereka.
Kerangka penilaian dua tahap ini membantu siswa untuk belajar dari kesalahannya dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Ditambah lagi, siswa juga jadi dapat belajar bahwa memelajari sesuatu adalah sebuah proses dan tidak terperangkap dalam gratifikasi instan.
Bapak dan Ibu guru dapat menerapkan Asesmen Ipsatif dengan cara-cara berikut:
- Tugas Portfolio
- Project-based learning
- Remedial
Selesai sudah pembahasan mengenai jenis penilaian pembelajaran beserta penerapannya. Jika artikel ini berguna untuk Bapak dan Ibu guru, jangan lupa untuk membagikannya juga agar banyak guru bisa terbantu. Semoga bermanfaat!