Teaching Resources

6 Cara Membantu Siswa Belajar dari Kesalahan

Guru adalah pengganti orang tua saat di sekolah. Karena itu, ketika siswa melakukan kesalahan, sudah menjadi tugas guru untuk menegur dan mengarahkan agar siswa menyadari kesalahannya dan mau belajar dari kesalahan tersebut. 

Belajar dari kesalahan
Ajarkan siswa Belajar Dari Kesalahan

Tak hanya kesalahan yang berkaitan dengan mata pelajaran saja, seperti tidak mengerjakan PR atau tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi, tapi guru juga perlu menegur kesalahan sikap siswa. Akan tetapi, hal ini tentu tidak mudah dilakukan, apalagi setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. 

Sebagai jalan keluarnya, Bapak dan Ibu guru bisa menerapkan beberapa cara berikut ini untuk membantu siswa belajar dari kesalahannya. 

1. Jelaskan apa salahnya

Dalam keseharian, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu pula siswa. Ada saja hal-hal kecil yang menyebabkan masalah timbul, seperti terlambat datang ke sekolah, lupa mengerjakan PR, berisik di kelas, dan sebagainya. 

Dalam hal ini, tugas guru adalah menegur dan menjelaskan kesalahan yang sudah dilakukan siswa sekaligus memberikan pemahaman kepada mereka agar paham dengan kesalahannya. Saat memberikan nasihat, hindari kata-kata yang mencibir pribadinya, seperti “Jadi anak kok nakal banget!” atau “Kamu ini kok malas banget, sih.”

Kata-kata seperti itu tidak akan membuat siswa belajar dan sadar akan kesalahannya. Justru membuat mereka sakit hati dan justru membenci gurunya. Selain itu, kata-kata yang mencibir juga bisa membuat anak menganggap bahwa kesalahan adalah sesuatu yang memalukan untuk diakui sehingga besar kemungkinan di masa depan mereka akan mencari-cari alasan atau hal lain untuk disalahkan. 

Akan lebih baik, jika Bapak dan Ibu guru menyampaikan secara spesifik apa kesalahannya tanpa mencibir pribadinya. 

2. Beri pemahaman bahwa kesalahan adalah sumber pembelajaran

Baik kesalahan maupun kegagalan, keduanya merupakan hal penting dalam proses pembelajaran dalam hidup. Oleh karena itu, beri pemahaman pada siswa bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini dan setiap orang bisa saja melakukan kesalahan. 

Justru dari kesalahan itulah mereka bisa mendapatkan banyak pembelajaran dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi di kemudian hari. 

4. Memahami perasaannya

Ketika melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan, siswa mungkin akan merasa sedih, kesal, marah, dan kecewa dengan diri sendiri. Misalnya, mendapatkan nilai yang jelek saat ujian sekolah karena tidak belajar. 

Dalam kondisi seperti ini, cobalah untuk memahami apa yang dirasakan oleh siswa tersebut dan mendengarkan keluh-kesahnya agar ia merasa ada peduli dan mendukungnya untuk berbuat baik. Setelah itu, guru bisa memberikan motivasi atau semangat agar bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. 

https://blog.kocoschools.com/10-cara-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa-saat-ptmt/

5. Bantu siswa menemukan solusinya

Setelah siswa menyadari dan memahami kesalahannya, mereka mungkin berusaha mencari jalan keluar agar bisa menghindari kesalahan yang sama di masa depan. Peran guru disini adalah membantu mereka mencari jalan keluar tersebut. 

Bantu mereka menemukan akar permasalahannya terlebih dahulu, misalnya penyebab sering lupa mengerjakan PR. Kemudian, minta mereka menganalisis apa saja dampak atau akibat jika sering lupa mengerjakan PR. 

Selanjutnya, minta mereka untuk menuliskan langkah-langkah yang bisa dilakukan agar tidak lagi lupa mengerjakan PR, seperti mengunduh aplikasi mengajar yang menyediakan fitur pengingat tugas sekolah seperti KOCO Schools. Cara seperti ini dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dalam menentukan solusi yang tepat untuk setiap permasalahan. 

6. Bangun hubungan baik dengan siswa

Sama seperti siswa, guru pun tidak luput dari kesalahan. Mungkin ada perkataan atau sikap guru yang membuat siswa sakit hati sehingga sering melakukan kesalahan untuk membuat guru kesal dan marah. 

Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk meluangkan sedikit waktu untuk membangun hubungan yang baik dengan siswa. Dilansir dari Education Post, hubungan guru dan siswa yang baik adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang bisa melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar.

Bapak dan Ibu guru dapat mensiasati 5-10 menit pertama sebelum kelas dimulai dengan metode Ice Breaking.

7. Cari akar permasalahannya

Jika siswa terus-menerus melakukan kesalahan yang sama dan sudah berkali-kali pula Bapak dan Ibu guru menegurnya, bahkan memberi hukuman, tidak ada salahnya untuk mencari tahu akar permasalahannya. Cobalah untuk mengomunikasikan kondisi siswa dengan orang tuanya. 

Mungkin saja orang tua tidak tahu bagaimana kondisi anaknya di sekolah dan menganggap semua baik-baik saja karena selalu mendapatkan kabar yang baik saja dari anaknya.  Karena itu, dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua untuk mendukung perkembangan anak di sekolah. 

Dalam hal ini, Bapak dan Ibu guru juga bisa memanfaatkan aplikasi mengajar dengan fitur-fitur yang dapat memudahkan orang tua mengetahui dan memantau perkembangan anak di sekolah, seperti hasil kerja harian anak di sekolah, tugas yang diberikan dan sebagainya. 

Hal-hal yang Harus Dihindari Guru Saat Siswa Melakukan Kesalahan

Ketika siswa melakukan kesalahan, sebaiknya guru menghindari beberapa hal berikut ini karena justru membuat mereka tidak bisa belajar dari kesalahannya. 

1. Mengkritik pribadinya

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mengkritik atau mencibir pribadi siswa hanya akan membuatnya sakit hati dan membenci guru tersebut. Bahkan, bisa saja siswa kembali melakukan kesalahan yang sama dengan tujuan membuat guru tersebut kesal dan marah. 

Selain itu, guru juga sebaiknya menghindari perkataan kasar, bernada tinggi, dan ancaman, seperti mengurangi nilai, tidak boleh ikut mata pelajaran yang diajar oleh guru yang bersangkutan, dan sebagainya.

2. Memberi hukuman dalam bentuk kekerasan fisik

Sekarang ini memberi hukuman dalam bentuk kekerasan fisik fisik, seperti mencubit, menampar, memukul, menjewer, dan berbagai kekerasan fisik lainnya merupakan bentuk kekerasan di sekolah. Hukuman seperti ini tentu harus dihindari guru. 

Selain tidak membuat siswa belajar dari kesalahan, Bapak dan Ibu guru juga bisa dikenakan sanksi jika memberikan hukuman seperti ini. 

Perlu digaris bawahi bahwa hukuman fisik dan kekerasan fisik adalah dua hal yang berbeda. Dilansir dari Nusa Putra University, hukuman fisik, seperti menyapu atau membersihkan kelas masih  diperbolehkan asalkan konteksnya mendidik dan tidak dilakukan secara berlebihan. 

Dalam penerapannya pun harus tetap disepakati bersama oleh guru dan siswa serta diinformasikan kepada orang tua siswa agar tidak terjadi kesalahpahaman. 

3. Membanding-bandingkan dengan siswa lain

Membanding-bandingkan siswa yang melakukan kesalahan dengan siswa lain yang dinilai lebih teladan dan berprestasi juga sebaiknya dihindari. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak suka siswa pada guru dan siswa yang dibandingkan dengan mereka. 

Siswa akan merasa direndahkan dan tidak dihargai, apalagi siswa masih dalam masa remaja yang mana egonya masih sangat tinggi dan mudah tersinggung. Oleh karena itu, hindari sikap membanding-bandingkannya dengan siswa lain. 

Itulah beberapa cara yang bisa Bapak dan Ibu guru lakukan untuk membantu siswa belajar dari kesalahan serta hal-hal yang harus dihindari ketika mereka melakukan kesalahan. Selain membuat siswa jadi tidak bisa belajar dari kesalahan, hal tersebut juga bisa menimbulkan ketidaksukaan siswa terhadap guru.