Blended Learning, Masa Depan Pendidikan
Blended Learning, Masa Depan Pendidikan – Bapak dan Ibu guru, coba bayangkan, bagaimana jadinya apabila tiap siswa memiliki satu guru untuk diri mereka sendiri?
Mungkin siswa akan merasa pengalaman belajar yang lebih personal, sehingga mereka mampu menyerap pelajaran lebih efektif dengan kecepatannya masing-masing dan guru juga dapat memonitor perkembangan siswa lebih dekat sehingga dapat memberikan umpan balik yang berarti karena lebih memahami kelebihan dan kekurangan siswa.
Inilah pertanyaan yang diajukan oleh Monique Markoff, seorang dosen yang mengajar pendidikan di kampus Ithaca College dalam seminar TedX nya 2014 silam mengenai masa depan pendidikan.
Menyambung pertanyaan di awal, rasanya tidak mungkin ya. Namun dengan kemajuan teknologi saat ini, apa jadinya jika sosok guru tersebut bisa hadir dalam wujud komputer? Bagaimana kemajuan teknologi dan digital mampu membawa perubahan pada pendidikan ?
Melalui Blended Learning, hal ini mungkin terjadi. Dalam artikel ini kita akan mengupas bagaimana Blended Learning menjadi solusi bagi masa depan pendidikan.
Apa itu Blended Learning?
Saat ini, blended learning memang sudah marak menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan. Ditambah lagi dengan berkembangnya zaman dan teknologi, dunia pendidikan juga harus beradaptasi untuk membangun generasi baru dengan keterampilan-keterampilan abad 21.
Lalu, apa yang muncul dalam pikiran Bapak dan Ibu guru ketika mendengar blended learning? Mungkin akan terlintas kata komputer, virtual, online. Hal ini tidak salah karena memang ada komponen tersebut dalam blended learning.
Blended learning, yang juga dikenal sebagai Hybrid Learning merupakan sebuah metode pembelajaran gabungan konvensional (tatap muka) dan digital. Siswa akan belajar menggunakan komputer setidaknya sebanyak 25% dalam waktu belajar mereka.
7 Langkah Menciptakan Blended Learning yang Efektif

Mungkin ada Bapak dan Ibu guru yang berpikir, jika difasilitasi alat-alat digital seperti komputer, maka siswa lebih merasa tertarik dan lebih mudah dalam pembelajarannya karena mereka sudah terbiasa. Namun yang sering kali ditemui, siswa malah jadi asyik melakukan hal lain di luar konteks pembelajaran.
Perlu diingat bahwa peralatan digital seperti komputer hanyalah alat untuk memungkinkan proses blended learning, dan di dalamnya peran guru masih sangat penting untuk membuat blended learning jadi efektif. Sebab itu, guru serta pihak-pihak yang terlibat perlu mengetahui langkah-langkah menciptakan kelas blended learning yang efektif untuk pembelajaran.
Mari simak langkah-langkahnya di bawah ini:
1. Identifikasi tujuan mengadakan Blended Learning
Sama halnya dengan strategi pembelajaran lainnya, Bapak dan Ibu guru perlu mendefinisikan objektif dan tujuannya sebelum membuat materi.
Bapak dan Ibu bisa memikirkan pertanyaan berikut:
- Keterampilan apa yang harus siswa mampu kembangkan dalam blended learning?
- Informasi apa yang harus dicakup dalam silabus?
- Alat dan model instruksi apa yang harus digunakan untuk menyampaikan informasi ?
Setelah mengidentifikasi objektif dari Blended Learning, Bapak dan Ibu bisa mulai menggunakannya sebagai panduan untuk mengambil langkah maju. Tujuan Bapak dan Ibu akan menjadi panduan untuk melihat ke mana arah blended learning yang akan diterapkan menuju.
2. Identifikasi model instruksi yang ingin digunakan
Berikut beberapa contoh model instruksi yang umum digunakan pada blended learning :
a. Face to Face Driver
Dari banyaknya model instruksi blended learning, model face-to-face adalah yang paling serupa dengan pembelajaran di sekolah pada umumnya. Dalam model ini, teknologi digunakan disamping pengajaran secara tradisional untuk meningkatkan keberhasilan dalam hasil belajar. Umumnya, model instruksi ini masih mengutamakan pertemuan tatap muka, sehingga teknologi digunakan hanya sebagai pelengkap pembelajaran.
Dalam model ini, pengenalan terhadap instruksi secara online diputuskan dengan menyesuaikan situasi yang ada, yang berarti hanya siswa-siswi tertentu dalam suatu kelas yang akan mengikuti blended learning. Model face-to-face memungkinkan siswa yang kesulitan dalam materi pelajaran untuk belajar sesuai dengan tingkat kompetensi mereka menggunakan teknologi yang ada di dalam kelas.
Misalnya, siswa yang menghadapi kesulitan dalam model ini diperkenankan mengikuti remedial secara online. Siswa ini boleh mengakses bantuan tambahan melalui komputer di kelas atau lab, atau bahkan dari rumah. Model ini memungkinkan pengalaman belajar dalam kelas tradisional maupun modern.
b. Rotation
Pada model ini, para siswa dalam satu kelas akan berotasi antara pembelajaran online dan model belajar lainnya, misalnya belajar bersama teman sekelas atau diajarkan oleh guru. Hal ini bisa dilakukan dengan jadwal yang sudah ditetapkan atau berdasarkan instruksi Bapak dan Ibu guru.
c. Flex
Pada model ini, sebagian besar pembelajaran akan diterima siswa melalui komputer atau secara online. Siswa biasanya akan datang ke kelas dengan tiap komputer tersedia untuk tiap individu. Tidak ada waktu yang ditentukan mengenai kapan pelajaran akan dimulai, dan siswa bisa datang kapanpun mereka ingin menyelesaikan pekerjannya. Dalam kata lain, perlengkapan komputer dan software edukasi yang disediakan memungkinkan siswa untuk mengatur pembelajarannya sendiri.
Bapak dan Ibu guru masih tetap hadir di dalam lab komputer ataupun ruang kelas yang telah dilengkapi komputer untuk membantu siswa secara one-on-one atau bahkan memberi saran mengenai referensi materi yang dibutuhkan. Dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu.
d. A La Carte
Model pembelajaran ini menggabungkan instruksi tatap muka dengan materi pilihan secara online yang dipilih siswa berdasarkan minat atau kebutuhan mereka. Dengan begitu, Bapak dan Ibu bisa memperluas jangkauan studi siswa yang juga dapat dipilih oleh mereka untuk meningkatkan motivasi dan melakukan personalisasi pada jalur belajar siswa.
e. Flipped Classroom
Dalam Flipped Classroom, siswa ditugaskan untuk belajar secara mandiri mengenai konsep dan ide-ide mengenai materi pembelajaran di rumah. Saat masuk kelas, barulah siswa mempraktikkan materi tersebut dibawah bimbingan Bapak dan Ibu guru.

3. Buat skema rencana dan silabus pembelajaran
Skema rencana dan silabus pembelajaran blended learning akan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Siswa dapat menggunakan skema ini untuk tetap berada dalam jalur selama belajar dengan blended learning dimana fasilitator dan pengembang blended learning dapat mengacu pada skema tersebut untuk memastikan blended learning berjalan sesuai rencana.
Ketika membuat skema ini, pastikan untuk mencakupkan hal-hal utama seperti objektif pembelajaran, makalah/ujian/presentasi yang perlu dikumpulkan hingga tenggat waktu untuk siswa.
Sampaikan juga secara spesifik apa yang diharapkan dari siswa dalam hal partisipasi dan kehadiran, juga bagaimana materi akan disampaikan dengan menggarisbawahi metode instruksi dan alat-alat yang digunakan.
4. Sediakan kesempatan untuk berkolaborasi
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan belajar antar siswa adalah melalui ruang kolaborasi. Siswa akan semakin memahami pelajaran dengan membagikan ilmunya pada teman sebaya, dan mereka juga akan belajar dari teman-teman lainnya di kelas.
Bapak dan Ibu bisa memanfaatkan berbagai aplikasi dan perlengkapan online lainnya dalam strategi blended learning. Aplikasi manajemen proyek seperti Google, Teams, OneNote atau lainnya bisa memfasilitasi tugas proyek. Untuk pengumpulan data, siswa bisa menggunakan Google Forms atau Survey Monkey. Sementara untuk presentasi bisa menggunakan PowerPoint dan Google Slides.
Bapak dan Ibu juga bisa mengajak siswa lebih aktif dengan membuat polling atau diskusi melalui sosial media misalnya, di mana siswa bisa menyampaikan pendapat.
5. Buatlah aturan untuk mengevaluasi pembelajaran
Pastikan siswa tahu bagaimana mereka dapat berdiskusi dengan Bapak atau Ibu guru saat mereka memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tertentu, serta kapan mereka bisa menerima responnya (misalnya, melalui email dan Bapak atau Ibu akan menghubungi kembali dalam 1×24 atau 1×48 jam).
Hal ini akan membuat siswa merasa lebih termotivasi karena mereka memiliki support system dari para guru meskipun pembelajaran dilakukan secara virtual.
Selain itu, pastikan juga bagaimana Bapak dan Ibu akan mendapatkan feedback dari siswa. Contohnya, Bapak dan Ibu bisa memberi survey singkat di akhir pembelajaran atau mungkin lewat chat di mana siswa bisa menyampaikan ruang kritik atau saran.
6. Susun daftar referensi dan bahan ajar
Karena blended learning merupakan gabungan format offline & online, hal ini berarti membuat Bapak dan Ibu harus mempersiapkan daftar sumber materi pelajaran dan referensi untuk siswa. Misalnya, Bapak dan Ibu bisa mengirim link ke situs referensi pelajaran atau artikel-artikel yang memungkinkan siswa untuk menyelami topik lebih dalam.
Tersedianya daftar referensi ini memudahkan siswa untuk terakses pada informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka secara cepat dan mudah, tanpa harus mencari sendiri bahan dan referensi yang tepat di internet.
7. Buat penilaian pembelajaran yang efektif
Strategi Blended Learning belum lengkap tanpa adanya rencana penilaian di tempat.
Bagaimanakah Bapak dan Ibu akan memeriksa perkembangan siswa? Sebagai contoh, Bapak dan Ibu bisa mengajak siswa menyelesaikan kuis di tiap akhir pembelajaran, membuat ringkasan atau berdiskusi dengan siswa lainnya di forum.
Penilaian membantu siswa untuk mengevaluasi kekurangan mereka dan memperbaiki dengan ilmu dan keterampilan yang telah mereka pelajari.
Untuk mempermudah pembelajaran, Bapak dan Ibu dapat membuat rangkuman pelajaran di setiap bab untuk membuat siswa lebih perhatian terhadap informasi-informasi penting.
Peran Guru dalam Blended Learning

Peran guru sangat penting dalam blended learning. Pada model pembelajaran konvensional, guru berperan sebagai sumber pengetahuan untuk semua pembelajaran. Namun dalam blended learning, peran guru bergeser menjadi sosok mentor.
Hal ini tidak berarti guru memiliki peran yang pasif. Justru, dengan diterapkannya blended learning, guru bisa memiliki pengaruh yang lebih bermakna pada pembelajaran siswa.
Ini dia peran guru dalam blended learning:
1. Guru sebagai perencana
Kelas blended learning membutuhkan Bapak dan Ibu guru untuk membuat rencana jangka panjang terkait rencana pembelajaran sesuai kurikulum dan instruksi yang akan diberikan.
Perencanaan pembelajaran dan strategi mengajar harus dipikirkan dari jauh hari sebelum sesi dimulai. Selain itu, rencana belajar juga harus mampu disesuaikan dengan strategi model intruksi yang akan digunakan serta apa saja yang dibutuhkan untuk mendukungnya, daripada harus mengubah seluruh perencanaan di kemudian hari ketika ternyata diperlukan.
Pada blended learning, Bapak dan Ibu guru serta pihak sekolah yang terlibat memang dituntut untuk adaptif dalam menguji model instruksi apa yang paling efektif untuk pembelajaran siswa.
Perencanaan awal ini akan memberi waktu luang bagi guru untuk dapat fokus pada analisis data dan personalisasi pembelajaran secara adaptif berdasarkan laju kecepatan belajar siswa. Inilah sebabnya mengapa penting bagi Bapak dan Ibu yang mengajar dalam blended learning untuk mengenali berbagai macam model pembelajaran, edtech, alat-alat, keterampilan, dan konteksnya untuk dapat membuat format yang tepat.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam Blended Learning, siswa dapat memiliki pekerjaan yang berbeda, dalam materi berbeda, kecepatan yang berbeda, dan kelompok yang berbeda juga.
Siswa diharapkan dapat memonitor perkembangan mereka secara mandiri.
Walau begitu, penting bagi Bapak dan Ibu guru untuk mengambil peran sebagai pengelola kelas dan membuat petunjuk yang tepat agar semua siswa dapat memenuhi semua syarat keberhasilan dalam tujuan pembelajaran yang sama.
Sebagai pengelola kelas, Bapak dan Ibu perlu membuat peraturan, aktif memeriksa tugas, juga melibatkan tiap siswa dengan strategi yang tepat. Guru sebagai pengelola kelas harus memantau pembelajaran siswa sekaligus memandu siswa saat kesulitan.
3. Guru sebagai penganalisis data
Guru diharapkan dapat mengumpulkan data-data terkait kinerja siswa dan ukuran penilaian tertentu untuk menganalisa pembelajaran yang dijalankan. Dengan adanya pengintegrasian data yang umumnya tersedia pada Learning Management System (LMS) dan hasil olahan data lainnya dalam kelas blended learning, Bapak dan Ibu guru dapat dengan mudah memanfaatkan data tersebut untuk membuat strategi pembelajaran personalisasi yang adaptif sesuai dengan kebutuhan siswa.
Peran guru adalah untuk secara aktif menganalisis kinerja siswa, memantau perkembangan pembelajaran siswa dan juga memantau siswa-siswi yang kesulitan secara individu. Data-data ini juga berguna dalam mengungkapkan poin-poin penting apa yang harus ditingkatkan pada rencana pembelajaran berikutnya.
4. Guru sebagai ahli materi
Dalam blended learning, Bapak dan Ibu guru perlu menguasai seni pembuatan materi bahan ajar dan bagaimana cara memanfaatkannya. Penting bagi Bapak dan Ibu untuk membuat materi pembelajaran yang begitu luas menjadi pembelajaran mikro yang lebih cepat, ringkas, namun tetap menarik.
Materi tersebut juga harus dapat disampaikan dalam format yang berbeda, seperti video, tutorial, belajar sambil praktik, eBook, kelas online, podcast, dll. sehingga mampu menangkap gaya belajar siswa yang beragam di kelas.
Isi materi juga harus sepadat mungkin, sehingga dapat disampaikan secara efektif dalam spektrum kecepatan pembelajaran siswa dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
5. Guru pengambil risiko
Umumnya, guru menyukai cara-cara mengajar yang sudah biasa dilakukan dan ragu untuk melakukan pendekatan baru terkait bahan ajar, instruksi, dan penilaian.
Namun blended learning justru menyediakan wadah yang tepat bagi Bapak dan Ibu guru untuk mengeksplor cara-cara baru dan berani mengambil risiko. Bahkan, guru yang berani mengambil risiko dapat melibatkan siswa lebih baik, membantu siswa mencapai hasil belajar yang baik dan mendapat feedback yang baik dari siswa.
Blended learning memungkinkan guru untuk bereksperimen dengan metode mengajar yang berbeda, strategi pembuatan bahan ajar dan juga model penilaian yang menyesuaikan beragam siswa dengan tujuan pembelajaran yang sama.
Tentu ada kemungkinan guru yang mengambil risiko akan menghadapi kegagalan, sebab itulah guru perlu dapat memanfaatkan kegagalan menjadi pembelajaran mengenai apa yang salah, berinteraksi dengan siswa, menganalisis data, dan berbenah untuk kesempatan berikutnya.
Mengapa blended learning jadi masa depan pendidikan
Setelah membaca ulasan di atas, kita mengetahui bahwa dalam blended learning, siswa akan terekspos pada cara belajar yang baru yaitu personalisasi dimana pembelajaran dilakukan berdasarkan gaya dan kecepatan belajarnya masing-masing.
Siswa bisa belajar menggunakan aplikasi pendidikan yang membantunya belajar, sementara guru dapat terbantu dalam mengalokasikan waktu dan pekerjaannya dengan lebih efektif serta efisien. Selain itu, karena siswa belajar menggunakan komputer, siswa juga dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri. Ditambah lagi, siswa bisa mendapatkan feedback secara langsung dengan bantuan teknologi yang ada. Siswa juga dapat mengakses pembelajaran di rumah dan bisa mengumpulkan tugas-tugasnya secara digital.
Hal-hal ini membangun karakter siswa untuk dapat menjadi pemimpin bagi diri mereka sendiri, mampu beradaptasi, kritis, kreatif, kolaboratif dan keterampilan abad 21 lainnya.