Facts, Insights

Learning Loss di Indonesia (definisi, dampak dan strategi)

Learning loss adalah salah satu kekhawatiran terbesar pendidikan di Indonesia dan juga seluruh dunia saat ini akibat dari pandemi yang berkepanjangan. Transisi pembelajaran konvensional ke digital terjadi begitu cepat, sehingga masih banyak poin yang hilang seperti keleluasaan guru dalam menyampaikan materi, komunikasi antar guru, siswa dan orang tua, serta kemampuan guru dalam mengakselerasi penggunaan platform digital. Selain itu, kondisi sosial seperti infrastruktur dan ekonomi peserta didik juga menjadi hambatan.  

Menurut data bank dunia, UNICEF, dan Kemendikbud Ristek RI, terjadi penurunan 0,44 sampai 0,47 persen atau setara dengan 5 sampai 6 bulan pembelajaran per tahun. Artinya dalam satu tahun ajaran, terjadi kemunduran selama 1 semester. 

Jika kualitas dan motivasi siswa belajar menurun, hal ini akan berimbas pada pembangunan pendidikan secara keseluruhan dan bonus demografi Indonesia di tahun 2030 mendatang. Oleh sebab itu, semua pihak harus bersinergi untuk membangun strategi-strategi yang membantu pemulihan kemampuan akademis siswa.

Apa itu Learning Loss?

Learning Loss menurut edglossary adalah keterbatasan atau kehilangan kemampuan akademis yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan. 

Kehilangan daya kemampuan siswa ini sebenarnya tidak hanya terjadi saat pandemi, namun juga beberapa hal lain seperti liburan sekolah, absen dari pembelajaran, putus sekolah bahkan dapat terjadi jika pengajaran oleh guru kurang efektif. 

Learning loss

Dampak Learning Loss di Masa Depan 

Efek dari terjadinya learning loss di masa pandemi bukan hanya siswa kehilangan kemampuan akademis tetapi juga kesehatan mental, tidak semua anak memiliki tempat belajar yang kondusif dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang belajar jarak jauh, sehingga menimbulkan masalah baru bagi siswa. Dilansir dari survei KPAI,  73,2% peserta didik merasa terbebani saat PJJ. 

Artinya, ketika siswa mengalami penurunan kemampuan belajar, akan ada efek berganda di masa depan yang terjadi pada kemampuan peserta didik. Misalnya, sulit mendapatkan pekerjaan dengan kompetensi yang matang, hal ini berdampak pada kenaikan angka kemiskinan, penurunan kualitas kesehatan dan juga kenaikan angka kriminal. 

Dampak besar lainnya, kesempatan Indonesia untuk mencapai bonus demografi dan generasi emas usia produktif yang berkarakter, berkompeten dan berliterasi tinggi di tahun 2030-2045 sangat mungkin akan gagal atau mundur jika tidak ada kolaborasi semua pihak. 

Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati oleh suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk yang produktif (usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.

Strategi untuk Memulihkan Learning Loss 

1. Lakukan Asesmen 

Sebelum memutuskan strategi mana yang paling tepat untuk memulihkan learning loss, ada baiknya sekolah dan guru  bekerjasama untuk membuat asesmen untuk mengindentifikasi persentase kemampuan akademis siswa saat ini dan bagian mana yang di rasa sulit untuk mereka. 

Identifikasi membantu sekolah untuk membuat standar pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. 

Hal ini juga sudah dicanangkan oleh Kemendikbudristek terkait kurikulum baru yang akan berlaku di tahun 2022. Kurikulum ini fokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat materi. 

2. Berikan akses sumber pembelajaran tambahan pada matpel utama

Untuk membantu percepatan siswa belajar, siapkan tambahan sumber pembelajaran utama pada topik-topik kritikal yang sudah di identifikasi pada step sebelumnya. Hal ini untuk memastikan siswa sudah memahami dasar topik sebelum diperkenalkan secara penuh di dalam kelas. 

3. Buat kelompok belajar berdasarkan kebutuhan

Satukan siswa dengan kebutuhan belajar yang sama dalam satu kelompok. Selain mempermudah guru untuk membimbing, siswa dengan kemampuan yang setara akan lebih cepat untuk belajar dari satu sama lain. 

4. Tingkatkan kualitas daripada kuantitas

Bukan dengan menambah jam pembelajaran, tapi dengan memperbaiki konten pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Guru harus memberikan pembelajaran yang relevan dengan siswa, sehingga topik pembahasan yang dipelajari akan lebih mudah untuk dimengerti. Saat ini sudah bukan jamannya lagi, guru hanya menjelaskan materi dari setiap topik. Guru harus mampu mendorong siswanya untuk mengeksplorasi konteks topik belajar. Hal ini membantu siswa yang pasif mendengarkan menjadi aktif mencari tahu. 


Untuk memulihkan learning loss di sekolah tentunya membutuhkan waktu yang tidak cepat, namun hal ini harus segera ditanggapi agar kita tidak tertinggal banyak dari negara lain mengingat skor PISA Indonesia di tahun 2018 yang mendapat ranking 69 dari 74 negara.