Education

Menciptakan Lingkungan Belajar Berkualitas untuk Hasil Belajar Siswa

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa minat belajar, keaktifan siswa dalam kelas, bagaimana siswa menerima pelajaran dan memperoleh hasil belajar dipengaruhi oleh lingkungan belajar.

Lingkungan belajar berkualitas memotivasi siswa

Menurut The Glossary of Education Reform, lingkungan belajar mengacu pada keberagaman lokasi fisik, konteks, serta budaya dimana siswa belajar. Istilah ini juga mencakup budaya sekolah atau kelas, yang meliputi etos, karakter, bagaimana individu berinteraksi dan memperlakukan satu sama lain, serta cara-cara bagaimana guru mengatur lingkungan pendidikan untuk memfasilitasi pembelajaran.

Mengingat pentingnya elemen tersebut dalam pembelajaran siswa, lingkungan belajar juga termasuk salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Nasional dalam instrumen Survei Lingkungan Belajar.

Pada artikel kali ini, yuk kita gali lebih lanjut hal-hal mengenai lingkungan belajar mulai dari tipe lingkungan belajar, indikator lingkungan belajar berkualitas dan bagaimana Bapak dan Ibu guru dapat menciptakan lingkungan belajar berkualitas.

Tipe Lingkungan Belajar

Tipe lingkungan pembelajaran

Bapak dan Ibu guru, terdapat empat tipe lingkungan belajar dan karakteristiknya masing-masing di dalam kelas. Apa sajakah itu?

1. Learner-centered environment

Learner-centered environment atau lingkungan belajar yang terpusat pada siswa sebagai peserta didik sangat memperhatikan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran yang diajarkan di dalam kelas harus bisa ramah terhadap latar belakang siswa. Termasuk perilaku, keterampilan, pengetahuan dan apa yang mereka yakini.

Lingkungan belajar ini mendorong siswa dalam memanfaatkan pengalaman dan pengetahuannya untuk menciptakan pemahaman baru. Artinya, kelas akan terlibat dalam banyak diskusi di mana siswa banyak berbagi dan membangun pemahamannya sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Sementara itu, guru berperan sebagai jembatan yang mempertemukan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

2. Knowledge-centered environment

Tipe lingkungan belajar ini berpusat pada pengetahuan. Lingkungan belajar ini memiliki penekanan untuk betul-betul memahami isi materi yang diajarkan, mengapa materi tersebut diajarkan, serta seperti apa hal-hal yang siswa mampu lakukan dalam kehidupan sehari-hari jika memiliki keahlian dalam materi tersebut. Peran guru difokuskan dalam membantu siswa mempelajari informasi baru dengan pemahaman mendalam sehingga siswa dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam situasi baru dan konteks kehidupan sehari-hari.

Contoh dari jenis lingkungan belajar ini misalnya saat seorang guru mengajarkan sebuah konsep tentang bagaimana menulis proposal. Guru kemudian akan mengaitkan konsep ini selangkah lebih jauh pada skenario kehidupan nyata. Misalnya, sekolah hendak melaksanakan acara tahunan dan harus mengundang pembicara. Siswa kemudian akan menulis proposal sesuai dengan prinsip yang diajarkan. Hal ini memberi pemahaman bagi siswa tentang bagaimana keterampilan berbahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyusun proposal.

3. Assessment-centered environment

Agar dapat berjalan dengan efektif, lingkungan belajar juga harus terpusat pada penilaian yang menekankan pentingnya feedback terhadap pembelajaran. Siswa membutuhkan kesempatan untuk mendapat feedback agar dapat memperbaiki pekerjaan mereka.

Contoh lingkungan belajar ini seperti saat guru aktif meninggalkan komentar dalam tugas siswa dengan mengecek pemahaman siswa dalam kelas.

4. Community-centered environment

Kebiasaan dan ekspektasi yang dibangun dalam kelas dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa, ataupun sebaliknya jadi mengganggu. Lingkungan belajar yang terpusat pada komunitas secara transparan mempromosikan kebiasaan dan ekspektasi yang mendorong kolaborasi dan pertanyaan-pertanyaan kritis.

Misalnya, beberapa lingkungan kelas mungkin memiliki kebiasaan dimana siswa tidak boleh membuat kesalahan, seperti saat menjawab pertanyaan. Mungkin siswa juga tidak diperkenankan meminta klarifikasi dari pernyataan guru atau mengeksplor hipotesa-hipotesa baru. Pada lingkungan belajar terpusat pada komunitas, berpartisipasi secara aktif dan kritis lebih dihargai daripada melakukan segala sesuatu dengan benar.

Ciri-ciri Lingkungan Belajar Berkualitas

Bapak dan Ibu guru mungkin bertanya-tanya, apakah lingkungan belajar di kelas saya sudah efektif? Berikut beberapa indikator lingkungan belajar berkualitas di dalam kelas:

  • Pembelajaran dikaitkan dengan keseharian siswa
  • Terdapat korelasi dalam penyampaian materi
  • Menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda
  • Menghormati berbagai gaya belajar siswa
  • Harapan yang tinggi untuk semua siswa
  • Guru menetapkan tujuan yang jelas, memantau kemajuan, dan memberikan umpan balik
  • Kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas
  • Menghargai keberagaman dan perbedaan tiap siswa
  • Menghargai pembelajaran sosial dan emosional
  • Hubungan guru-siswa dan siswa antar siswa yang positif
  • Strategi manajemen kelas yang sistematik
  • Strategi pendisiplinan yang konsisten dan tidak memaksa
  • Evaluasi formatif dan sumatif digunakan secara sistematis

Strategi Menciptakan Lingkungan Belajar Berkualitas

Untuk memastikan pembelajaran berjalan dengan efektif di sekolah, penting untuk mengembangkan lingkungan belajar yang kondusif. Berikut aspek lingkungan yang perlu diperhatikan:

Lingkungan Fisik

Ketika baru memasuki kelas, Bapak dan Ibu guru pasti mengharapkan siswa sudah siap untuk belajar. Namun sering kali kita lupa untuk melihat sekitar dan memastikan apakah suasana kelas sudah kondusif untuk belajar. Lalu, bagaimana Bapak dan Ibu guru dapat menilai apakah lingkungan fisik di kelas sudah baik untuk pembelajaran?

Coba tanyakan daftar pertanyaan di bawah ini untuk menilai apakah lingkungan belajar kelas sudah layak:

  • Apakah ruang kelas terasa menyambut dan ‘hangat?’
  • Apakah siswa memiliki akses terhadap materi yang diperlukan?
  • Apakah benda-benda yang mengalihkan perhatian sudah dipindahkan?
  • Apakah semua area dalam kelas dapat diakses oleh siswa?

Lingkungan fisik dari sebuah kelas memiliki peranan yang penting dalam menimbulkan rasa tanggung jawab siswa. Lingkungan belajar yang baik juga mendorong rasa saling menerima dan kerjasama antar siswa.

Ketika hendak memulai pelajaran, pastikan kelas memiliki penerangan natural. Bapak dan Ibu guru bisa membuka beberapa jendela ketika cuaca baik. Pastikan juga temperatur dalam kelas terasa nyaman untuk siswa dan juga Bapak Ibu guru.

Lingkungan Psikologis

kognitif siswa

Setelah memastikan lingkungan fisik belajar telah terkondisikan dengan baik, selanjutnya Bapak dan Ibu guru perlu memastikan kesiapan siswa secara kognitif dalam lingkungan pembelajaran. Apakah siswa perlu lebih fokus hari itu, atau siswa mungkin bisa sedikit lebih rileks? Kesiapan ini bergantung pada ekspektasi pembelajaran yang Bapak dan Ibu guru atur saat akan memulai pelajaran dan menciptakan suasana yang memotivasi siswa.

Seorang guru yang efektif mampu menciptakan dan mengimplementasi strategi manajemen kelas yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam kelas. Bapak dan Ibu guru sebaiknya selalu mengatur ekspektasi kelas seperti peraturan belajar atau prosedur mengerjakan tugas dan menciptakan lingkungan yang memotivasi tersebut.

Berikut beberapa cara yang dapat Bapak dan Ibu guru contoh dalam melakukannya:

1. Mengatur Ekspektasi Pembelajaran

Penting bagi guru untuk membangun ekspektasi dalam berperilaku agar siswa memiliki perilaku yang baik. Ekspektasi ini kemudian diterjemahkan dalam aturan dan prosedur. Peraturan menunjukkan ekspektasi berperilaku dalam kelas bagi siswa serta bagaimana mereka berinteraksi dengan teman sebaya dan Bapak Ibu guru.

Misalnya, peraturan kelas yang ada seperti harus datang tepat waktu dan menjaga peralatan kelas. Sementara, prosedur menjelaskan bagaimana hal-hal harus dilakukan. Contohnya, Bapak dan Ibu guru secara bertahap dapat menjelaskan sesuatu, mencontohkannya, kemudian perlahan-lahan menjadikannya sebagai kebiasaan. Bukalah diskusi terbuka dimana siswa juga ikut merumuskan pelanggaran kelas, sehingga kedua belah pihak akan lebih merasa terlibat penuh,

Agar kebiasaan dapat bertahan lama dan bermanfaat, kebiasaan yang sejatinya merupakan produk sosial, juga harus didiskusikan diterima secara bersama dengan baik dan benar. Maka dari itu, sebaiknya menciptakan peraturan didiskusikan bersama dengan siswa. Ketika siswa juga ikut serta dalam membuat aturan, mereka akan lebih mudah memahami dan mentaati peraturan tersebut. Kepatuhan mereka untuk mentaati peraturan tersebut pun akan lebih besar.

Siswa dapat merumuskan peraturan dengan alasan yang pantas setelah diskusi dan menyetujui peraturan tersebut serta konsekuensi pelanggarannya secara bersama-sama. Peraturan ini kemudian dapat ditulis dan ditempelkan pada dinding kelas.

Keterlibatan siswa dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan dalam kelas harus terus dikembangkan. Bapak dan Ibu guru juga dapat mengizinkan kebebasan siswa dalam mengatur lingkungan kelas seperti dengan menanyakan bagaimana mereka ingin mengatur susunan meja dan kursi belajar. Interaksi ini berguna untuk meningkatkan partisipasi siswa yang positif dan rasa kepemilikan terhadap lingkungan belajar mereka, yang memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar.

2. Motivasi

Hal mendasar dalam mengatur kelas meliputi bagaimana Bapak dan Ibu guru dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan pekerjaan terbaiknya serta merasa antusias terhadap apa yang mereka pelajari. Terdapat dua faktor penting dalam menciptakan suasana yang memotivasi siswa, yaitu nilai dan upaya.

Agar termotivasi, siswa harus dapat melihat nilai atau manfaat dari hasil kerja keras mereka. Seorang guru harus mampu mencontohkan manfaat atau kegunaan dari tugas yang diberikan di kelas. Contohnya seperti menceritakan manfaat tugas tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, upaya meliputi waktu, energi, dan kreatifitas yang siswa luangkan dalam mengerjakan tugas mereka. Salah satu cara Bapak dan Ibu guru dapat mendorong upaya siswa yaitu dengan memberikan pujian, feedback yang konstruktif ataupun menceritakan bagaimana tugas-tugas yang diberikan berguna dalam kehidupan nyata. Pemahaman akan nilai dari pekerjaan sekolah dan upaya yang diperlukan dalam menyelesaikannya memotivasi siswa untuk belajar.

Sebuah kelas bisa saja terlihat telah terkelola dengan baik karena adanya aturan dan prosedur, namun belum maksimal dalam segi pembelajaran. Akan tetapi, ketika Bapak dan Ibu guru dapat menciptakan aturan dan struktur, sekaligus suasana yang memotivasi siswa, maka bisa dikatakan lingkungan belajar tersebut benar-benar terkelola dengan baik.

Berikut beberapa tips untuk meningkatkan dan menjaga suasana motivasi di kelas:

  • Mengembangkan suasana kelas yang didasarkan empati, kooperasi, dan kepercayaan.
  • Mencontohkan perilaku positif dan terhormat, pembicaraan dan tindakan yang bermanfaat.
  • Tidak mengizinkan cemooh, rasa paling benar, atau perilaku negatif lainnya ditunjukkan di kelas.
  • Memberi siswa kesempatan dalam berbagi pengalaman dan belajar dengan satu sama lain.
  • Menggunakan berbagai strategi dan aktivitas pengajaran untuk menjaga motivasi dan minat siswa.
  • Mengajarkan pemecahan masalah, resolusi konflik dan keterampilan sosial lainnya.
  • Menunjukkan bagaimana siswa dapat membangun kelebihan dan mengakali kekurangannya dalam cara yang baik dan pantas.
  • Mencontohkan dan mengajarkan siswa untuk belajar dan menerima kesalahan.
  • Menekankan proses dan perkembangan pada siswa daripada kesempurnaan.

3. Memahami Perbedaan Individu

Dalam menciptakan lingkungan yang positif di dalam kelas, penting juga bagi Bapak dan Ibu guru untuk bersikap responsif terdapat kebutuhan tiap siswa yang berbeda-beda. Seorang guru yang efektif harus sensitif terhadap perbedaan individu dalam hal gaya pembelajaran melalui isi, berat, dan sifat sebuah materi pembelajaran. Guru yang memodifikasi pembelajaran untuk membantu perbedaan tiap individu secara tidak langsung menyampaikan bahwa mereka ada untuk tiap siswa kapanpun mereka membutuhkanya. Hal ini juga meningkatkan partisipasi aktif pada siswa dalam belajar.

Yuk, Bapak dan Ibu guru terus tingkatkan lingkungan belajar yang berkualitas bagi siswa untuk hasil belajar yang maksimal. Apakah Bapak dan Ibu guru punya cara-cara tersendiri untuk menciptakan lingkungan tersebut? Silahkan tinggalkan komentar di bawah ataupun sebarkan artikel ini untuk berbagi dengan Bapak dan Ibu guru lainnya.