Menerapkan Student Centered Learning Pada Kurikulum Merdeka
Pada metode pembelajaran di Kurikulum Merdeka saat ini, siswa bukan lagi dianggap sebagai objek, tapi pembelajar yang memiliki kemampuan untuk mengeksplor banyak hal. Metode pembelajaran seperti ini dikenal dengan istilah Student Centered Learning atau SCL.
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan student centered learning ini dinilai sangat cocok untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka, yakni kurikulum baru yang akan menggantikan Kurikulum 2013.
Lantas, bagaimana penerapan student centered learning pada Kurikulum Merdeka? Bagaimana cara menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini? Temukan jawabannya lewat ulasan di bawah ini, ya!
Apa itu student centered learning?
Student Centered Learning atau SCL adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran. Kalau secara singkatnya, SCL ini adalah metode pembelajaran yang prosesnya berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan mandiri proses belajarnya. Tak hanya itu saja, dengan metode student centered learning ini juga diharapkan siswa dapat menerapkan dan memahami materi belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Nah, kalau siswa adalah pusat pembelajaran, lalu bagaimana dengan peran guru dalam metode student learning centered ini?
Dalam metode pembelajaran SCL ini, guru berperan sebagai fasilitator. Jadi, meskipun siswa diberikan kebebasan dalam menggali sumber informasi ataupun ilmu dari berbagai referensi, tapi guru tetap harus menemani, mengarahkan, dan mewadahi setiap siswa untuk berproses.
Hal ini bertujuan agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus memastikan bahwa setiap siswa mengetahui bagaimana cara memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia agar tujuan pembelajaran tercapai sekaligus meningkatkan kecerdasan intelektual.
Jika dibandingkan dengan teacher centered learning (TCL), student centered learning dianggap lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sebab, siswa tidak hanya bertujuan untuk memahami isi pelajaran saja, tapi siswa juga diberikan ruang untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Dengan begitu, perilaku dan kualitas hidup siswa diharapkan dapat lebih meningkat melalui metode pembelajaran ini.
Karakteristik student centered learning
Terdapat 9 karakteristik student centered learning, yakni aktif, konstruktif, kolaboratif, antusiastik, dialogis, kontekstual, reflektif, multisensory, dan high order thinking skills (HOTS) training.
Supaya lebih jelas, simak penjelasan mengenai masing-masing karakteristik student centered learning berikut ini.
1. Aktif
Aktif berarti siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga lebih menarik dan bermakna.
2. Konstruktif
Konstruktif artinya metode pembelajaran student centered learning ini memungkinkan siswa untuk dapat mengemukakan dan menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Tujuannya adalah agar siswa memahami makna dan menghilangkan keragu-raguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3. Kolaboratif
Kolaboratif artinya metode student centred learning memungkinkan siswa untuk bekerja sama, berbagi ide, saran, dan memberikan masukan dalam suatu kelompok atau komunitas.
4. Antusiastik
Antusiastik berarti siswa dapat aktif dan antusias untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis
Dialogis berarti siswa mendapat pengetahuan yang belum mereka ketahui dari proses komunikasi, baik di dalam maupun luar sekolah sehingga dapat menambah kemampuan mereka dalam bersosial dan berdialog dengan masyarakat luas.
6. Kontekstual
Kontekstual berarti situasi belajar dalam metode pembelajaran student centered learning dapat mengarahkan siswa untuk belajar dari proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan problem based atau case-based learning.
7. Reflektif
Dalam student centered learning, reflektif berarti memungkinkan siswa untuk menyadari dan merenungkan apa saja yang telah mereka pelajari sebagai bagian dari proses belajar.
8. Multisensory
Multisensory berarti pembelajaran dapat disampaikan dapat disampaikan melalui berbagai bentuk, baik audio, visual, maupun kinestesis.
9. High order thinking skills (HOTS) training
Dalam student centered learning, high order thinking skills (HOTS) training berarti metode pembelajaran ini dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, seperti problem solving, pengambilan keputusan, dan sebagainya.
Penerapan Student Centered Learning Pada Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum ini secara resmi diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim pada awal tahun 2022 dan akan menjadi pengganti Kurikulum 2013 yang saat ini masih digunakan pada sebagian besar sekolah di Indonesia.
Seperti yang diketahui, latar belakang yang mendasari munculnya kebijakan Kurikulum Merdeka ini adalah sebagai bentuk learning losing recovery akibat pandemi Covid-19 sekaligus mengejar ketertinggalan Pendidikan Indonesia dari negara-negara lain.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar dilakukan dari jarak jauh atau online. Sayangnya, pembelajaran jarak jauh membuat metode pembelajaran dengan pendekatan teacher centered learning menjadi tidak efektif.
Sebab, metode pembelajaran tersebut menjadikan guru sebagai pusat sumber pembelajaran sehingga pembelajaran pun menjadi pasif.
Sebagai solusinya, pemerintah menggalakkan metode pembelajaran dengan pendekatan student centered learning yang lebih efektif untuk diterapkan pada pembelajaran jarak jauh.
Metode pembelajaran student centered learning ini juga sangat cocok untuk mendukung pengimplementasian Kurikulum Merdeka ini. Dengan begitu, tujuan dari Kurikulum Merdeka, yaitu mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik, bisa tercapai.
Cara Menerapkan Metode Student Centered Learning di Kurikulum Merdeka
Jika Bapak dan Ibu guru masih bingung dengan cara penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, beberapa cara berikut ini mungkin bisa membantu.
- Ajak siswa untuk membuat kesepakatan belajar sebelum memulai pembelajaran.
- Ajak siswa untuk membuat tujuan pembelajaran bersama sehingga mereka merasa terlibat dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut.
- Berikan kebebasan pada siswa dalam mencari sumber atau referensi belajar lainnya.
- Berikan siswa kemudahan dalam mengerjakan tugas sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Daripada mengutamakan proses pembelajaran dengan metode ceramah, Bapak dan Ibu guru bisa menggantinya dengan memperbanyak metode diskusi saat pembelajaran berlangsung.
- Berikan siswa kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman-temannya dalam membuat dan mengerjakan proyek belajarnya.
- Mintalah siswa untuk membuat rangkuman materi sesuai referensi belajarnya.
- Mintalah siswa untuk mempresentasikan pendapatnya atau hal-hal apa saja yang didapatnya setelah mempelajari materi pelajaran.
- Berikan siswa akses materi belajar yang tidak terbatas sehingga mereka dapat melakukan review kembali terhadap materi belajar kapan pun dibutuhkan.
- Apresiasi setiap perkembangan yang ditunjukkan oleh siswa dan hargai keunikan mereka.
Itulah beberapa cara penerapan student centered learning di kelas. Jika Bapak dan Ibu guru masih membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, Bapak dan Ibu guru bisa mengikuti kursus student centered learning bersama KOCO Schools.
Kursus ini sangat cocok untuk Bapak dan Ibu guru yang ingin menciptakan kelas yang interaktif untuk mendorong partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
So, tunggu apalagi? Yuk, segera daftarkan diri untuk mengikuti kursus tentang penerapan student centered learning di sini!